Harga Minyak Dunia Menguat Awal Pekan Batu Bara Masih Stabil

Senin, 29 Desember 2025 | 10:15:55 WIB
Harga Minyak Dunia Menguat Awal Pekan Batu Bara Masih Stabil

JAKARTA - Pergerakan komoditas energi pada awal pekan ini kembali menjadi sorotan pelaku pasar. 

Harga minyak dunia menunjukkan tren penguatan moderat, sementara harga batu bara cenderung bergerak stabil dengan kenaikan tipis. Dinamika ini mencerminkan sikap pasar yang masih berhati-hati dalam menilai keseimbangan antara pasokan global, permintaan energi, serta risiko geopolitik yang belum mereda.

Ketidakpastian kondisi global membuat investor terus mencermati berbagai indikator ekonomi dan politik. Mulai dari arah kebijakan moneter Amerika Serikat, konflik geopolitik lintas kawasan, hingga kondisi supply-demand energi, semuanya menjadi faktor penentu arah harga minyak dan batu bara dalam jangka pendek.

Di tengah situasi tersebut, pelaku pasar cenderung menahan diri dari aksi spekulatif berlebihan. Kenaikan harga yang terjadi lebih mencerminkan penyesuaian sentimen dibandingkan perubahan fundamental yang signifikan, terutama pada pasar batu bara yang masih berada dalam fase konsolidasi.

Pergerakan Harga Minyak Di Awal Pekan

Berdasarkan data perdagangan terbaru, harga minyak mentah mencatatkan penguatan pada awal pekan ini. Harga minyak berada di level 57,19, naik 0,45 poin atau menguat 0,79 persen. Penguatan ini mencerminkan respons pasar terhadap berbagai sentimen global yang masih berkembang.

Sementara itu, harga minyak Brent juga bergerak searah dengan mencatat kenaikan 0,48 poin atau sekitar 0,79 persen. Brent diperdagangkan di level 61,12, menandakan adanya minat beli yang kembali muncul setelah tekanan harga pada sesi sebelumnya.

Kenaikan harga minyak ini tidak lepas dari upaya pasar untuk menilai prospek permintaan energi global. Investor mempertimbangkan apakah pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang relatif kuat akan mendorong konsumsi energi atau justru memicu kebijakan moneter ketat untuk menekan inflasi.

Pergerakan harga yang relatif terbatas menunjukkan bahwa pasar masih berada dalam fase wait and see. Pelaku pasar cenderung menunggu kejelasan arah kebijakan ekonomi global sebelum mengambil posisi yang lebih agresif di pasar minyak.

Pengaruh Ekonomi Global Dan Kebijakan Moneter

Salah satu sentimen utama yang memengaruhi harga minyak adalah kondisi ekonomi Amerika Serikat. Pertumbuhan ekonomi yang solid di satu sisi berpotensi meningkatkan permintaan energi, namun di sisi lain dapat mendorong bank sentral untuk mempertahankan kebijakan suku bunga tinggi.

Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group, menyampaikan bahwa pasar tengah menilai dua kemungkinan tersebut. “Pasar sedang mencoba menilai apakah pertumbuhan ekonomi AS yang kuat akan mendukung permintaan energi atau justru membuat Federal Reserve menahan pertumbuhan tersebut untuk menekan inflasi,” kata Phil Flynn, dikutip dari Reuters pada 23 Desember 2025.

Ketidakpastian arah kebijakan moneter ini membuat pergerakan harga minyak cenderung fluktuatif. Investor menimbang risiko perlambatan ekonomi akibat suku bunga tinggi dengan potensi peningkatan konsumsi energi jika pertumbuhan ekonomi tetap terjaga.

Reuters juga melaporkan bahwa sentimen pasar minyak dunia masih dipengaruhi oleh ketegangan geopolitik dan risiko pasokan yang terfragmentasi. Faktor-faktor tersebut terus menjadi latar belakang utama pergerakan harga minyak dalam beberapa waktu terakhir.

Risiko Pasokan Dan Ketegangan Geopolitik

Di sisi pasokan, risiko gangguan distribusi minyak global masih menjadi perhatian serius pasar. Harga minyak sempat menguat setelah pemerintah Amerika Serikat memperkuat tindakan terhadap tanker minyak Venezuela, yang dinilai sebagai sinyal meningkatnya risiko terhadap aliran pasokan global.

Langkah tersebut juga dikaitkan dengan konflik yang masih berlangsung di Eropa Timur. Ketegangan geopolitik di kawasan tersebut berpotensi memengaruhi infrastruktur energi, sehingga menambah lapisan risiko bagi pasar minyak dunia.

Giovanni Staunovo, analis UBS, menilai situasi di Venezuela juga berkontribusi terhadap kekhawatiran pasar. “Dengan menipisnya kapasitas penyimpanan di Venezuela, risiko penutupan produksi bisa meningkat, yang memicu kemungkinan gangguan pasokan,” ujar Giovanni Staunovo, seperti dilaporkan Reuters pada 23 Desember 2025.

Sentimen risiko ini masih berlanjut di awal pekan, ketika harga minyak kembali menguat. Pelaku pasar menimbang dampak ketegangan di Timur Tengah serta negosiasi damai yang belum menyelesaikan konflik Ukraina, yang berpotensi mengganggu pasokan energi regional.

Meski demikian, pasar juga menyadari adanya tekanan dari sisi suplai global. Analisis pasar menunjukkan bahwa surplus pasokan masih membayangi, sehingga kenaikan harga minyak belum menunjukkan tren yang terlalu agresif.

Kondisi Pasar Batu Bara Masih Tertahan

Berbeda dengan minyak, harga batu bara menunjukkan pergerakan yang relatif stabil. Berdasarkan data terbaru, harga batu bara diperdagangkan di level 109,05, naik tipis 0,05 poin atau sekitar 0,05 persen. Kenaikan yang terbatas ini mencerminkan kondisi pasar yang masih tertekan.

Dalam beberapa waktu terakhir, harga batu bara mengalami tekanan akibat kelebihan pasokan global. Permintaan yang melemah di sejumlah kawasan, khususnya Asia, membuat ruang kenaikan harga menjadi terbatas meskipun pasokan dari beberapa produsen tetap stabil.

Coal Hub melaporkan bahwa pasar batu bara saat ini berada dalam fase penyesuaian. Permintaan yang rendah dan kondisi oversupply menjadi tantangan utama, meskipun beberapa perusahaan masih mencatatkan volume ekspor yang relatif konsisten.

Kondisi ini membuat pasar batu bara bergerak lebih defensif dibandingkan minyak. Pelaku pasar cenderung menunggu sinyal pemulihan permintaan sebelum mengantisipasi pergerakan harga yang lebih signifikan.

Secara keseluruhan, pergerakan komoditas energi di awal pekan ini mencerminkan keseimbangan rapuh antara sentimen positif dan risiko global. Harga minyak mendapatkan dorongan dari faktor geopolitik, sementara batu bara masih tertahan oleh tekanan fundamental. Ke depan, arah pasar akan sangat bergantung pada perkembangan ekonomi global, kebijakan moneter, serta dinamika geopolitik yang terus berkembang.

Terkini